MAKALAH
PENGKAJIAN
Disusun
Oleh :
- Nunink Tri Nur K P1337420614032
- Putri Pancali Haningtyas P1337420614033
- Atika Gita Pratiwi P1337420614034
- Dian Mayang Purbo Arum P1337420614035
Mata
Ajar :
Kebutuhan
Dasar Manusia I
PROGRAM STUDI DIV
KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN
KEPERAWATAN
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
2014/2015
Kata
Pengantar
Puji
syukur ke hadirat Allah SWT, karena taufiq, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tanpa halangan suatu
apapun.
Dalam
pembuatan tugas ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang kepada dosen
pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia I yang telah
memberikan motivasi dan dorongan sehingga tugas ini dapat
terselesaikan dengan baik. Serta kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tugas ini.
Dengan
adanya tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pembelajaran kepada pembaca. Pepatah mengatakan bahwa “tiada gading
yang tak retak”. Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan dan perlu penyempurnaan, karena kami masih dalam tahap
belajar. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi kesempurnaan tugas kami.
Akhir kata semoga
tugas diskusi kami dapat memberikan manfaat untuk semua.
Semarang,
22 April
2015
Penyusun
Daftar Isi
BAB
I PENDAHULUAN 1
A.Latar
Belakang 1
B.Rumusan
Masalah 1
C.Tujuan..................................................................................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN 3
A.Pengertian
Pengkajian 3
B.
Tujuan Pengkajian 3
C.Langakh-langkah
pengkajian..............................................................................................4
D.Sumber
data........................................................................................................................4
E.Karateristik
data..................................................................................................................4
F.Cara pengumpulan
data.......................................................................................................5
1.
Wawancara/anamnesa................................................................................................5
a. pengertian
wawancara...........................................................................................5
b. Tujuan
wawancara.................................................................................................5
c. Tahapan
wawancara..............................................................................................6
d. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien......6
BAB
III
PENUTUP..................................................................................................................8
A.Kesimpulan..........................................................................................................................8
B.Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pengkajian
merupakan pengambilan data yang dilakukan pertama kali setelah pasien
masuk. Pada hal ini perawat hanya bisa mengumpulkan data yang
bersifat desriptif, singkat, dan lengkap. Pengkajian tidak mencakup
kesimpulan atau pernyataan interpratif yang tidak didukung oleh data.
Data deskriptif berasal dari persepsi klien tentang gejala, persepsi,
dan pengamatan keluarga, pengamatan perawat, atau laporan dari
anggota tim perawatan kesehatan.
Tujuan
pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari
klien, Adapun data yang terkumpul mencakup informasi dari klien ,
keluarga, dan masyarakat, lingkungan atau budaya (Mcfarland dan
McFardane). Dan untuk
menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan
rencana yang efektif dalam perawatan pasien.
Pengumpulan
data yang tidak akurat akan mengarah pada identifikasi kebutuhan
perawatan klien yang tidak tepat dan akibatnya diagnosa keperawatan
yang dibuat tidak akurat, dan tidak lengkap.
- Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah yang bejudul “Pengkajian
Data pada Pasien“ adalah :
- Pengertian pengkajian
- Tujuan pengkajian
- Langkah-langkah pengkajian data
- Sumber data pengkajian
- Karateristik data
- Cara pengumpulan data
- Wawancara/anamnesa
- Pengertian wawancara/anamnesa
- Tujuan wawancara
- Tahapan wawancara
- Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien
- Macam-macam Wawancara
- Hambatan-hambatan dalam wawancara
- Observasi
- Pengertian observasi
- Persiapan observasi
- Macam-macam observasi
- Langkah-langkah observasi
- Kriteria Prosedur Observasi
- Manfaat observasi
- Kelemahan observasi
- Pemeriksaan fisik
- Pengertian pemeriksaan fisik
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara
- Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan
- Jenis data
- Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah yang berjudul ” Pengkajian
Data pada Pasien”
adalah :
- Mengetahui pengertian pengkajian
- Mengetahui tujuan dilakukannya pengkajian
- Memahami langkah-langkah dalam pengkajian data
- Mengetahui sumber data berasal darimana saja
- Memahami karateristik data
- Memahami cara-cara pengumpulan data
- Memahami dan dapat melakukan wawancara/ anamnesa
- Memahami dan dapat melakukan observasi
- Memahami dan dapat melakukan pemeriksaan fisik
7. Mengetahui
jenis-jenis data
BAB
II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN PENGKAJIAN
Pengkajian adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Effendy, 1995).
Pengkajian
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.(Lyer
et.al., 1996)
Pengkajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien (Fundamental Keperawatan)
Pengkajian merupakan
langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan)
Jadi,
dari pengertian pengkajian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa,
Pengkajian adalah proses tahap awal dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus mengetahui data apa
yang diperoleh, faktor-faktor yang penting, keadaan yang berbahaya
dan lain-lain.
- TUJUAN PENGKAJIAN
Tujuan
pengkajian adalah untuk memberikan gambaran yang terus menerus
mengenai kesehatan pasien, yang memungkinkan tim perawatan
merencanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara perorangan. Data
tersebut harus akurat dan mudah dianalisis
Data
yang dibutuhkan mencakup :
- Segala sesuatu tentang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
- Data yang berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan keluarga/masyarakat dan kebutuhan mereka terhadap pelayanan kesehatan, jika fokus asuhan keperawatan yang akan diberikan adalah terhadap keluarga/masyarakat.
- Data tentang sumber daya (tenaga, peralatan dan dana) yang tersedia untuk mengatasi masalah yang terjadi.
- Data lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien.
- LANGKAH-LANGKAH PENGKAJIAN
- Pengumpulan data
Pengumpulan
data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan/keperawatan yang
meliputi kesehatan fisik, psikososial dan lingkungan pasien.
- Analisis data
Analisis
merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi,
menyeleksi, mengklarifikasi, mengkelompokkan, mengkaitkan data,
menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingkan
dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan.
- Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang
masalah klien/pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan. Masalah-masalah yang tidak dapat
dipecahkan atau diubah perawat bukan diagnosa keperawatan, walaupun
masalah-masalah ini ditentukan dalam pengkajian yang dilakukan
perawat.
- SUMBER DATA
- Sumber data primer, yakni data yang dikumpulkan dan pasien yang berdasarkan hasil pemeriksaan.
- Sumber data sekunder, yakni data yang diperoleh dari orang lain, misalnya keluarga atau orang terdekat pasien.
- Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya rekam medik dan catatan riwayat perawatan pasien.
- KARATERISTIK DATA
- Lengkap
Data yang terkumpul
harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat.
Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji
lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal
sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan
atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau
hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau
makan.
- Akurat dan nyata
Untuk menghindari
kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk
membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan
diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data
yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau
kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat
harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya,
pada observasi : “klien selalu diam dan sering menutup mukanya
dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien
berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan
perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”,
jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi
berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan
data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk
menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang
ditemukan pada saat pengkajian.
- Relevan
Pencatatan data yang
komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus
dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi
seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi
singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan
masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan
sesuai dengan situasi khusus.
- CARA PENGUMPULAN DATA
- Wawancara/ anamnesa
- Pengertian wawawancara/ anamnesa
Komunikasi
timbal balik berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau
keluarga pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
pasien.
Komunikasi
timbal balik berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau
keluarga pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
pasien. Dalam hal ini, perawat membina hubungan baik dengan pasien
sebelum memulai wawancara. Wawancara dilakukan dengan penuh
keramahan, keterbukaan, menggunakan bahasa yang sederhana dan
kenyamanan pasien terjamin. Semua hasil wawancara dicatat dalam
format proses keperawatan.
Teknik tersebut
mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan
rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi pertanyaan
terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon
klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan kontak mata.
- Tujuan Wawancara :
- Untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien.
- Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan.
- Membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan.
- Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.
- Meningkatkan hubungan antara perawat dengan klien dalam berkomunikasi.
- Tahapan Wawancara / Komunikasi :
- Persiapan
Sebelum melakukan
komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan dengan
membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka
buruk terhadap klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan
saling percaya dengan klien.
Jika klien belum
bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa, atau
memberi kesempatan kapan klien sanggup. Pengaturan posisi duduk dan
teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian
rupa guna memperlancar wawancara.
- Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama
perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri :
nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan
faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu
memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan
akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang
boleh mengetahuinya.
- Isi / tahap kerja
- Fokus wawancara adalah klien
- Mendengarkan dengan penuh perhatian.
- Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
- Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
- Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
- Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
- Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual, merasa diperhatikan.
- Terminasi
Perawat
mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan wawancara akan berakhir dan tujuan dari wawancara
pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara
perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil
kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian
lagi untuk pertemuan berikutnya.
- Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
- Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
- Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-keluhannya / pendapatnya secara bebas
- Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien
- Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
- Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
- Tidak bersifat menggurui
- Memperhatikan pesan yang disampaikan
- Mengurangi hambatan-hambatan
- Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
- Menghindari adanya interupsi
- Mendengarkan penuh dengan perasaan
- Memberikan kesempatan istirahat kepada klien
- Macam-macam Wawancara :
- Auto anamnesa : wawancara dengan klien langsung
Pasien sendirilah
yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan
permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien
sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya
dia rasakan.
Contoh percakapan
autoanamnesa kepada pasien
Perawat : selamat
siang mbak,,,
pasien : siang sus,,
perawat :
perkenalkan saya perawat nisa yang bertugas pada siang hari
ini,
ok mbak ,, boleh saya tau dengan mbak siapa?
Pasien : dengan mbak
tini
perawat : Alamatnya
dimana mbak?
Pasien : di desa
jati no2 banyu manik, semarang
perawat : Mbak tini
umurnya berapa?
Pasien : Umur saya
18 tahun
perwat : Sekarang
mbak tini sekolah kelas berapa?
Pasien : Saya kelas
3 SMA mbak.
Perawat : Mbak tini
datang ke rumah sakit dengan siapa?
Pasien : Dengan ibu
saya sus, tapi ibu saya sedang keluar sus.
perawat : Apa yang
memebawa mbak tini datang ke rumah sakit?
Pasien : Ini sus
saya dari kemarin sakit pada perut sus,,
perawat : Kira- kira
mbak tau penyebabnya apa?
Pasien : Saya
kemarin makan makanan yang pedas dan asam sus.
perawat : Sakitnya
di perut sebelah mana mbak? Apakah sakitnya menyebar atau di satu
daerah?
Pasien : Tidak sus,
hanya dibagian bawah ulu hati sus,,
perawat : Bila saya
memberikan skala nyeri 1- 10 , dengan 1-3 nyeri biasa 4-6 nyeri
sedang 7-10 nyeri berat.
pasien : Skala
6 sus.
perawat : Rasanya
seperti apa mbak?
Pasien : Seperti di
remas remas sus
perawat : Kapan
keluhan nyeri dirasakan mbak?
Pasien : Kemarin
sus.
perawat : Seberapa
sering keluhan nyeri tersebut dirasakan mbak?
Pasien : Sewaktu
waktu mbak, kadang tiba-tiba nyeri sus
perawat : Biasanya
untuk mengurangi rasa nyeri,
apa
yang mbak lakukan? Misal dibiarkan,atau minum obat atau tidur
sebentar?
Pasien : Tiduran
sus,
biasanya
kalau saya tidur bangunya sudah tidak merasakan nyeri lagi sus.
Perawat : ok mbak
terimakasih atas kerja sama nya.
- Allo anamnesa : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
Meskipun demikian
dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada
pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk
menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang
lain untuk menceritakan permasalahnnya.
Contoh percakapan
alloanamnesa dengan keluarga pasien
Perawat : Selamat
siang bu?
Keluarga : Siang
sus.
perawat : Benar ini
dengan wali dari mbak tini?
Keluarga : Benar
sus, saya ibu dari pasien tini.
Perawat : Kalau
boleh tahu siapa nama ibu?
Keluarga : Nama
saya ibu Susi .
Perawat : Baiklah
Ibu, untuk kelancaran pemeriksaan saya membutuhkan informasi tentang
mbak
Tini. Mohon kerjasamanya demi kelancaran pemeriksaan ya bu.
Keluarga : Baiklah
Sus.
Perawat : Menurut
penjelasan dari mbak tini, mbak tini mengalami sakit pada bagian
perutnya?
Keluarga :Benar sus,
anak saya mengeluh sakit pada perutnya semenjak kemarin sesudah
pulang dari sekolah.
Perawat : Jadi
sejak kemarin ya bu, sakit perut sepulang sekolah kira-kira anak ibu
sakit perut
karena
apa?
Keluarga : Kemarin
sempat saya tanya, katanya dia makan bakso dan es di kantin sekolah.
Perawat : Apa yang
sudah ibu lakukan untuk mengatasi sakit perutnya? Apakah ibu
memberinya obat ?
Keluarga : iya sus.
Perawat : Apakah
mbak tini sebelumnya memiliki riwayat penyakit yang berhubungan
dengan sakit perut?
Keluarga : oh iya
sus, dia itu sebenarnya punya maag.
Perawat : Begitu ya
bu, sejak kapan mbak tini terkena maag?
Keluarga : Sejak
masih kecil, kira-kira waktu kelas 4 SD.
Perawat : Dulu mbak
tini pernah dirawat di rumah sakit tidak bu, gara- gara maag?
Keluarga : Tidak
sus, hanya periksa ke dokter dan di beri obat.
Perawat : Baiklah
ibu, saya rasa data yang saya perlukan sudah cukup, apabila ada data
yang masih saya perlukan saya akan menghubungi ibu lagi. Terimakasih
atas kerjasamanya bu.
Keluarga : baik
sus.
- Hambatan wawancara :
- Internal :
- Pandangan atau pendapat yang berbeda
- Penampilan klien berbeda
- Klien dalam keadaan cemas, nyeri, atau kondisinya menurun
- Klien mengatakan bahwa ia tidak ingin mendengar tentang sesuatu hal
- Klien tidak senang dengan perawat, atau sebaliknya
- Perawat berpikir tentang sesuatu hal yang lain / tidak fokus ke pasien
- Perawat sedang merencanakan pertanyaan selanjutnya
- Perawat merasa terburu-buru
- Perawat terlalu gelisah atau terburu-buru dalam bertanya
- External :
- Suara lingkungan gaduh : TV, radio, pembicaraan di luar
- Kurangnya privacy
- Ruangan tidak memadai untuk dilakukannya wawancara
- Interupsi atau pertanyaan dari staf perawat yang lain.
- Observasi
- Pengertian Observasi
Pengamatan atau
observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Untuk mencapai
tujuan pengamatan, diperlukan adanya pedoman pengamatan. Pengamatan
sebagai alat pengumpul data ada kecenderungan terpengaruh oleh
pengamat atau observer sehingga hasil pengamatan tidak
objektif(Kusumah
2011:66-76).
Observasi sebagai
teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik dari pada teknik
pengumpulan data yang
lain (wawancara)
yaitu tidak harus selaku berkomunikasi secara lisan terhadap objek
yang diteliti.
- Persiapan Observasi
- Isi pengamatan
Data
apa yang akan diamati?
- Obyek pengamatan
Apa/siapa
yang diamati ?
- Alat pengamatan
Pengamatan
langsung atau menggunakan alat bantu ?
- Waktu pengamatan
Kapan
pengamatan akan dilakukan ?
- Dokumentasi pengamatan
Pencatatan
langsung atau menggunakan alat bantu?
- Macam-macam observasi
- Observasi Partisipatif
Observasi
partisipatif adalah peneliti
terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
digunakan sebagai sumber data. Artinya peneliti terlibat langsung
dalam kegiatan mencari data yang diperlukan melalui pengamatan.
Melalui observasi partisipatif, data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku atau gejala yang muncul.
Klasifikasi
observatif
partisipatif dapat digolongkan menjadi empat yaitu :
- Partisipasi Pasif : Peneliti mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
- Partisipasi Moderat :Peneliti ikut observasi partisipatif pada beberapa beberapa kegiatan saja, tidak semua kegiatan.
- Partisipasi Aktif : Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, tapi belum sepenuhnya lengkap
- Partisipasi Lengkap : Peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber(Sanafiah Faisal:1990)
- Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam observasi
jenis ini peneliti menyatakan keterusterangannya kepada narasumber
bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar kepada narasumber
untuk memperoleh data yang sifatnya rahasia. Kemungkinan kalau
dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan
untuk melakukan observasi.
- Observasi Tidak Terstruktur
Observasi
tidak terstruktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
diobservasikan. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
- Langkah-langkah Observasi Dalam hal melaksanakan penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolabiratif, maka secara umum pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam tiga fase kegiatan, yaitu pertemuan perencanaan; pelaksanaan observasi kelas; dan pembahasan balikan.
- Kriteria Prosedur Observasi Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan dalam memilih teknik observasi yang akan digunakan untuk sesuatu siklus tindakan perbaikan dalam rangka penelitian tindakan kelas. Adapun kriteria yang dimaksud adalah:
- Jenis data yang diperlukan dalam rangka penerapan suatu siklus tindakan perbaikan.
- Indikator-indikator yang relevan yang termanifestasikan dalam bentuk tingkah laku guru dan siswa.
- Prosedur perekaman yang paling sesuai.
- Pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi
- Manfaat Observasi Menurut Patton sebagaimana dikutip Nasution, manfaat observasi adalah sebagai berikut:
- Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konsteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh padangan yang holistik atau menyeluruh.
- Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan.
- Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain. Khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
- Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
- Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komperhensif.
- Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana atau situasi sosial yang diteliti.
- Kelemahan Observasi:
Selain
memiliki manfaat atau kelebihan, observasi sendiri memiliki
kelemahan, yaitu:
- Memerlukan banyak waktu.
- Tidak dapat digunakan untuk pengumpulan data masa lalu dan masa mendatang.
- Tidak dapat digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan sikap dan motivasi serta perilaku responden.
- Pemeriksaan Fisik
- Pengertian pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
adalah salah satu tehnik pengumpul data untuk mengetahui keadaan
fisik dan keadaan kesehatan.
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik
- Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan.
- Jagalah privasi pasien.
- Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis.
- Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)
- Beri instruksi spesifik yang jelas.
- Berbicaralah yang komunikatif.
- Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan.
- Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien.
- Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti :
- Inspeksi
- Definisi
Inspeksi adalah
suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatannya
untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian
tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi
bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
- Cara pemeriksaan
- Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
- Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
- Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.
- Catat hasilnya
- Palpasi
- Definisi
Palpasi adalah suatu
tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan
bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
Palpasi dapat
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan,
bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari
jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan
tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan
yang tidak terlihat.
- Cara pemeriksaan
- Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
- Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan
- Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
- Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
- Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan sebentar-sebentar.
- Palpasil daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan
- Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
- Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
- Lakukan Palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.
- Lakukan Palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan dengan kedalaman 1 - 2,5 cm.
- Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ/jaringan tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan yang dibawah untuk mendeteksi karakteristik organ/ jaringan.
- Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan .
- Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.
- Perkusi
- Definisi
Perkusi adalah suatu
tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/ gelombang
suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa.
Pemeriksaan
dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.
Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media
yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi
yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan
kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu
semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas
paling resonan.
- Cara pemeriksaan
- Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
- Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
- Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
- Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
- Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
- Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
- Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
- Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh.
- Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/ mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri.
- Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek.
- Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
- Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.
- Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
- Bunyi yang ditimbulkan saat pemeriksaan perkusi
- Bunyi timpani
Mempunyai
intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti
drum (lambung).
- Bunyi resonan
Mempunyai
intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema (paru
normal).
- Bunyi hipersonar
Mempunyai
intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan (empisema
paru).
- Bunyi pekak
Mempunyai
intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama
kualitas seperti petir (hati).
- Bunyi kemps
Mempunyai
intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar (otot).
- Auskultasi
- Definisi
Aukultasi adalah
suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk
di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya
kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal.
Auskultasi yang
dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di
abdomen mendengarkan suara bising usus.
- Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
- Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
- Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
- Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara.
- Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
Untuk mendeteksi
suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi
menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop
terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang
karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik stetoskop harus
lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang
mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari
rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada
kulit pasien.
Ada 2 jenis kepala
stetoskop yaitu :
1) Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
2) Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
1) Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
2) Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
- Cara Pemeriksaan
- Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
- Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
- Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan telinga
- Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah, ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga
- Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa
- Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
- Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
- Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.
- Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan:
- Head-to-toe (dari kepala s.d kaki)
Tahap-tahap
pemeriksaan fisik harus dilakukan secara urut dan menyeluruh dan
dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:
- Kulit, rambut, kuku
Kulit, periksa
turgor kulit dan kelembapan kulit, lihat adanya lesi, periksa tekstur
kulit halus/ kasar.
Rambut:
periksa adanya alopesia( kebotakan), adanya ketombe pada kulit
kepala, warna rambut, jumlah rambut secara keseluruhan dan tingkat
kerontokan pada saat disisir dengan tangan
Kuku:
lihat warna pada kuku dan tingkat kecepatan kembalnya warna kuku
setelah ditekan, adanya lesi dan bentuk kuku .
- Kepala: mata, hidung, telinga, dan mulut
Mata :
yang di periksa bola mata, kelopak mata, konungtifa, sklera dan pupil
Hidung :
lihat adanya koto, adanya tonsil pada hidung, amati adanya sekresi,
darah, dan bengkak.
Telinga :
lihat adanya kotoran yang terdapat pada telinga dan periksa
pendengaran dengan garputala, arloji dan otoskop.
Mulut:
amati kelainan kongenital bibirsumbing, warna bibir, ulkus, lesi dan
massa. Pengamatan pada gigi dan lidah
- Leher : lihat bentuk leher, warna kulit, adanya pembengkakan, jaringanparut dan massa. Amati pergerakan kelenjar tiroid. Mengetahui keadaan lokasi kelenjar limfa, kelenjar tiroid dan trakea.
- Dada : kaji postur, bentuk dan kesimertisan, ekspansi keadaan kulit, lesi dan benjolan .
jantung :
kaji ritme dan kecepatan jantung,
paru
: kaji bunyi paru dengan menguanakan stetoskop.
- Abdomen: lihat kesimetrisan permukaan abdomen, adanya pembesaran pada abdomen, adanya lesi, dengarkan bising usus, periksa adanya nyeri tekan
- Genetalia:melihat rambut pubis dan pola pertumbuhannya. Amati kulit, ukuran adanya kelainan lain yang nampak, adanya pembengkakan
- Kekuatan otot /musculoskeletal: lihat ukutan otot, lihat ada dan tidaknya atrofi maupun hipertrofi, amati otot untuk mengetahui terjadi kontraksi abnormal dan tremor, lakukan palpasi untuk mengetahui tonus otot. Uji kekuatan otot dengan menyuruh mendorong tangan pemeriksa.
- Neurologi :
Pemeriksaan
kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak, system
motorik,
sistem sensorik refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur).
G.
JENIS DATA
- Data objektif
Data
yang diperoleh melalui pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data objektif
ini dapat diperoleh dari pasien, keluarga pasien anggota tim
kesehatan yang lain, atau status pasien.
- Data subjektif
Data
yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien atau dari keluarga
pasien/saksi misalnya, kepala pusing, nyeri, dan mual.
BAB
III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Pengkajian adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Metode
pengumpulan data yang dapat digunakan antara lain
:wawancara (interview),
pengamatan
(observasi)
dan
pemeriksaan fisik (pshysical
assessment). dan
studi dokumentasi
- SARAN
Pengumpulan
informasi/ data memang susah perlua adanya kemampuan dalam wawancara
dan pemeriksaan fisik tak lupa dukungan dari semua pihak baik klien
maupun keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Zaidin. 2001. Dasar-
dasar Keperawatan Profesional.
Jakarta. Widya Medika.
Tim
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1989.
Perawatan 1. Jakarta. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.
Willms,
jenice. 1996. Diagnose Fisik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Carpentino,
Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Suara,Mahyar.2010.
Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta.CV. Trans Info Media.
http://
Konsep
Dasar Keperawatan Satu Dian Husada konsep pengkajian
keperawatan.html.
https://ningrumwahyuni.wordpress.com/2010/02/16/status-pemeriksaan-neurologi/