Kamis, 17 September 2015

SOP PEREKAMAN EKG















MAKALAH
SOP EKG
Disusun Oleh :
  1. Nunink Tri Nur K P1337420614032
  2. Putri Pancali Haningtyas P1337420614033
  3. Atika Gita Pratiwi P1337420614034
  4. Dian Mayang Purbo Arum P1337420614035
    Rista Hernida wati p1337420614031
    Anggun Eka Apriliani p13374206140
Mata Ajar :
Kebutuhan manusia II
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Elektrokardiograpi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat otot jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, rekaman  EKG sebagai cara pemeriksaan tidak infasif sudah tidak dapat lagi di hilangkan dari klinik sejak di introduksinya galvanometer berkawat yang di ciptakan oleh Einthoven dalam tahun 1903, galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rrekor  perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt .perbedaan tegangan ini terjadi pada lupan dan imbunan dari serat-serat otot jantung perbedaan tegangan ini di rambat kan kepermukaan tubuh dan di teruskan ke sandapan-sandapan dan kaawat keperangkat penguat EKG . aktifitas listrik mendahului penguncupan sel otot. Tidak adaperangkat pemeriksaan sedehana yang begitu banyak mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain di EKG dengan demikian masalah-masalah diagnistik penyakit jantung dapat di pecah kan dan pada giliran nya pengobotan akan lebih sempurna. Namun kita perlu di beri peringatan bahwa EKG itu walaupun memmberikan banyak masukan ,tetapi hal ini tak berarti tanpa salah .
  1. Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud EKG?
  2. Apa tujuan dari pemasangan EKG?
  3. Bagaimana indikasi dari pemasangan EKG?
  4. Dimana letak sandapan pada EKG?
  5. Bagaimana standar operasional prosedur pelaksanaan pemeriksaan EKG?
  1. Tujuan
Untuk mengetahui tujuan dan indikasi dari pemasangan EKG serta untuk mengetahui letak sandapan dan standar operasional prosedur dalam pelaksanann pemeriksaan EKG.








BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Aktifitas listrik jantung dicatat dan direkam melalui elektroda – elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
Elektrofisiologi sel otot jantung
Sel otot  jantung dalam keadaan istirahat permukaan luarnya bermuatan positif dan bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial muatan melalui membran sel ini kira-kira -90 milivolt. Ada 3 ion yang mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu Kalium, Natrium dan Kalsium.
Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion Natrium dengan cepat dari cairan luar sel ke dalam, sehingga menyebabkan muatan dalam sel menjadi lebih positif dibandingkan muatan luar sel. Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan depolarisasi. Setelah depolarisasi, terjadi pengembalian muatan ke keadaan semula yang dinamakan repolarisasi. Seluruh proses tersebut disebut Aksi Potensial.
Elektrokardiogram
Elektrokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. EKG hanyalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung. Gambaran klinis penderita tetap merupakan pegangan yang penting dalam menentukan diagnosis.
Untuk memperoleh rekaman EKG, dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari:
  1. SA Node (Sino-Atrial Node)
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60-100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
  1. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
  1. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
  1. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
  2. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
  1. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit.

  1. Tujuan dan Indikasi
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
  1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
  2. Kelainan-kelainan otot jantung
  3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
  4. Ganguan -gangguan elektrolit
  5. Perikarditis
  6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
  7. Menilai fungsi pacu jantung.

Indikasi dari penggunaan EKG
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
  1. Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
  2. EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut
  3. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)
  4. EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)
  5. EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung
  6. EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)

  1. Sadapan pada EKG (Bipolar dan Unipolar)
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
  1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
  1. Sadapan I.
sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
  1. Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
  1. Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
  1. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.
  1. Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
  2. Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
  3. Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri

  1. SOP Perekaman ECG 12 lead
SOP
Perekaman ECG 12 lead
PENGERTIAN Perekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung
TUJUAN
  1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
  2. Kelainan-kelainan otot jantung
  3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
  4. Ganguan -gangguan elektrolit
  5. Perikarditis
  6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
  7. Menilai fungsi pacu jantung.
ALAT-ALAT
  1. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
  1. Satu kabel untuk listrik (power)
  2. Satu kabel untuk bumi (ground)
  3. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.
  1. Plat elektrode yaitu
  1. 4 buah elektrode extremitas dan manset
  2. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
  1. Jelly elektrode / kapas alkohol
  2. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
  3. Kertas tissue


  1. Persiapan Pasien
  1. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
  2. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman.
  1. Cara Menempatkan Elektrode
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
  1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
  2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
  3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
  1. Merah: lengan kanan
  2. Kuning: lengan kiri
  3. Hijau: tungkai kiri
  4. Hitam: tungkai kanan
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)
  • Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
  • Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR, aVL, aVF.
  1. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 : garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 garis aksila tengah sejajar dengan V4
Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4


Cara Merekam EKG
  1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
  2. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain
  1. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
  2. Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
  1. Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG.
  2. Rapikan pasien dan alat-alat.
  1. Catat di pinggir kiri atas kertas EKG
  2. Nama pasien
  3. Umur
  4. Tanggal/Jam
  5. Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
  1. Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa.

Perhatian !
  1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
  2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
  3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2-4 kompleks
  4. Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
  5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan lain-lain.
  6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.































BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Elektrokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. EKG hanyalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung.
Untuk memperoleh rekaman EKG, dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.

  1. Saran
  1. Dengan adanya pembelajaran tentang EKG, maka kenalilah dulu KLIEN kita. Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.
  2. Guna dalam pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak. Bacalah di mana pun Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi ini, tetapi bacalah dari berbagai sumber pengetahuan tentang EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar tentang EKG,maka seorang perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk mempraktekannya













DAFTAR PUSTAKA

Kamis, 23 April 2015

PENGKJIAN DALAM KEPPERAWATAN

MAKALAH
PENGKAJIAN









Disusun Oleh :
  1. Nunink Tri Nur K P1337420614032
  2. Putri Pancali Haningtyas P1337420614033
  3. Atika Gita Pratiwi P1337420614034
  4. Dian Mayang Purbo Arum P1337420614035


Mata Ajar :
Kebutuhan Dasar Manusia I


PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2014/2015









Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena taufiq, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tanpa halangan suatu apapun.
Dalam pembuatan tugas ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang kepada dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia I yang telah memberikan motivasi dan dorongan sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini.
Dengan adanya tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pembelajaran kepada pembaca. Pepatah mengatakan bahwa “tiada gading yang tak retak”. Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan, karena kami masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan tugas kami.
Akhir kata semoga tugas diskusi kami dapat memberikan manfaat untuk semua.



Semarang, 22 April 2015



Penyusun








 

 

 

Daftar Isi




BAB I PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B.Rumusan Masalah 1
C.Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.Pengertian Pengkajian 3
B. Tujuan Pengkajian 3
C.Langakh-langkah pengkajian..............................................................................................4
D.Sumber data........................................................................................................................4
E.Karateristik data..................................................................................................................4
F.Cara pengumpulan data.......................................................................................................5
1. Wawancara/anamnesa................................................................................................5
a. pengertian wawancara...........................................................................................5
b. Tujuan wawancara.................................................................................................5
c. Tahapan wawancara..............................................................................................6
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien......6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
A.Kesimpulan..........................................................................................................................8
B.Saran....................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9





BAB I
PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang
            Pengkajian merupakan pengambilan data yang dilakukan pertama kali setelah pasien masuk. Pada hal ini perawat hanya bisa mengumpulkan data yang bersifat desriptif, singkat, dan lengkap. Pengkajian tidak mencakup kesimpulan atau pernyataan interpratif yang tidak didukung oleh data. Data deskriptif berasal dari persepsi klien tentang gejala, persepsi, dan pengamatan keluarga, pengamatan perawat, atau laporan dari anggota tim perawatan kesehatan.
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien, Adapun data yang terkumpul mencakup informasi dari klien , keluarga, dan masyarakat, lingkungan atau budaya (Mcfarland dan McFardane). Dan untuk menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan rencana yang efektif dalam perawatan pasien. Pengumpulan data yang tidak akurat akan mengarah pada identifikasi kebutuhan perawatan klien yang tidak tepat dan akibatnya diagnosa keperawatan yang dibuat tidak akurat, dan tidak lengkap.

  1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah yang bejudul “Pengkajian Data pada Pasien“ adalah :
  1. Pengertian pengkajian
  2. Tujuan pengkajian
  3. Langkah-langkah pengkajian data
  4. Sumber data pengkajian
  5. Karateristik data
  6. Cara pengumpulan data
  1. Wawancara/anamnesa
  1. Pengertian wawancara/anamnesa
  2. Tujuan wawancara
  3. Tahapan wawancara
  4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien
  5. Macam-macam Wawancara
  6. Hambatan-hambatan dalam wawancara
  1. Observasi
  1. Pengertian observasi
  2. Persiapan observasi
  3. Macam-macam observasi
  4. Langkah-langkah observasi
  5. Kriteria Prosedur Observasi
  6. Manfaat observasi
  7. Kelemahan observasi
  1. Pemeriksaan fisik
  1. Pengertian pemeriksaan fisik
  2. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik
  3. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara
  4. Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan
  1. Jenis data

  1. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul  ” Pengkajian Data pada Pasien” adalah :
  1. Mengetahui pengertian pengkajian
  2. Mengetahui tujuan dilakukannya pengkajian
  3. Memahami langkah-langkah dalam pengkajian data
  4. Mengetahui sumber data berasal darimana saja
  5. Memahami karateristik data
  6. Memahami cara-cara pengumpulan data
  1. Memahami dan dapat melakukan wawancara/ anamnesa
  2. Memahami dan dapat melakukan observasi
  3. Memahami dan dapat melakukan pemeriksaan fisik
7. Mengetahui jenis-jenis data




























BAB II
PEMBAHASAN


  1. PENGERTIAN PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.(Lyer et.al., 1996)
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Fundamental Keperawatan)
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan)
Jadi, dari pengertian pengkajian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa, Pengkajian adalah proses tahap awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus mengetahui data apa yang diperoleh, faktor-faktor yang penting, keadaan yang berbahaya dan lain-lain.

  1. TUJUAN PENGKAJIAN
Tujuan pengkajian adalah untuk memberikan gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien, yang memungkinkan tim perawatan merencanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara perorangan. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis
Data yang dibutuhkan mencakup :
  1. Segala sesuatu tentang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
  2. Data yang berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan keluarga/masyarakat dan kebutuhan mereka terhadap pelayanan kesehatan, jika fokus asuhan keperawatan yang akan diberikan adalah terhadap keluarga/masyarakat.
  3. Data tentang sumber daya (tenaga, peralatan dan dana) yang tersedia untuk mengatasi masalah yang terjadi.
  4. Data lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien.








  1. LANGKAH-LANGKAH PENGKAJIAN
  1. Pengumpulan data
Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan/keperawatan yang meliputi kesehatan fisik, psikososial dan lingkungan pasien.
  1. Analisis data
Analisis merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklarifikasi, mengkelompokkan, mengkaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingkan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan.
  1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah klien/pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. Masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan atau diubah perawat bukan diagnosa keperawatan, walaupun masalah-masalah ini ditentukan dalam pengkajian yang dilakukan perawat.


  1. SUMBER DATA
  1. Sumber data primer, yakni data yang dikumpulkan dan pasien yang berdasarkan hasil pemeriksaan.
  2. Sumber data sekunder, yakni data yang diperoleh dari orang lain, misalnya keluarga atau orang terdekat pasien.
  3. Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya rekam medik dan catatan riwayat perawatan pasien.


  1. KARATERISTIK DATA
  1. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan.
  1. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi : “klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
  1. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.

  1. CARA PENGUMPULAN DATA
  1. Wawancara/ anamnesa
  1. Pengertian wawawancara/ anamnesa
Komunikasi timbal balik berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
Komunikasi timbal balik berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan pasien. Dalam hal ini, perawat membina hubungan baik dengan pasien sebelum memulai wawancara. Wawancara dilakukan dengan penuh keramahan, keterbukaan, menggunakan bahasa yang sederhana dan kenyamanan pasien terjamin. Semua hasil wawancara dicatat dalam format proses keperawatan.
Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata.
  1. Tujuan Wawancara :
  1. Untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien.
  2. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan.
  3. Membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan.
  4. Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.
  5. Meningkatkan hubungan antara perawat dengan klien dalam berkomunikasi.



  1. Tahapan Wawancara / Komunikasi :
  1. Persiapan
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk terhadap klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa, atau memberi kesempatan kapan klien sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
  1. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.
  1. Isi / tahap kerja
  1. Fokus wawancara adalah klien
  2. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
  3. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
  4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
  5. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
  6. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
  7. Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual, merasa diperhatikan.
  1. Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui kapan wawancara akan berakhir dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.
  1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
  1. Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
  2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-keluhannya / pendapatnya secara bebas
  3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien
  4. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
  5. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
  6. Tidak bersifat menggurui
  7. Memperhatikan pesan yang disampaikan
  8. Mengurangi hambatan-hambatan
  9. Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
  10. Menghindari adanya interupsi
  11. Mendengarkan penuh dengan perasaan
  12. Memberikan kesempatan istirahat kepada klien


  1. Macam-macam Wawancara :
  1. Auto anamnesa : wawancara dengan klien langsung
Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.
Contoh percakapan autoanamnesa kepada pasien
Perawat : selamat siang mbak,,,
pasien : siang sus,,
perawat : perkenalkan saya perawat nisa yang bertugas pada siang hari ini, ok mbak ,, boleh saya tau dengan mbak siapa?
Pasien : dengan mbak tini
perawat : Alamatnya dimana mbak?
Pasien : di desa jati no2 banyu manik, semarang
perawat : Mbak tini umurnya berapa?
Pasien : Umur saya 18 tahun
perwat : Sekarang mbak tini sekolah kelas berapa?
Pasien : Saya kelas 3 SMA mbak.
Perawat : Mbak tini datang ke rumah sakit dengan siapa?
Pasien : Dengan ibu saya sus, tapi ibu saya sedang keluar sus.
perawat : Apa yang memebawa mbak tini datang ke rumah sakit?
Pasien : Ini sus saya dari kemarin sakit pada perut sus,,
perawat : Kira- kira mbak tau penyebabnya apa?
Pasien : Saya kemarin makan makanan yang pedas dan asam sus.
perawat : Sakitnya di perut sebelah mana mbak? Apakah sakitnya menyebar atau di satu daerah?
Pasien : Tidak sus, hanya dibagian bawah ulu hati sus,,
perawat : Bila saya memberikan skala nyeri 1- 10 , dengan 1-3 nyeri biasa 4-6 nyeri sedang 7-10 nyeri berat.
pasien : Skala 6 sus.
perawat : Rasanya seperti apa mbak?
Pasien : Seperti di remas remas sus
perawat : Kapan keluhan nyeri dirasakan mbak?
Pasien : Kemarin sus.
perawat : Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan mbak?
Pasien : Sewaktu waktu mbak, kadang tiba-tiba nyeri sus
perawat : Biasanya untuk mengurangi rasa nyeri, apa yang mbak lakukan? Misal dibiarkan,atau minum obat atau tidur sebentar?
Pasien : Tiduran sus, biasanya kalau saya tidur bangunya sudah tidak merasakan nyeri lagi sus.
Perawat : ok mbak terimakasih atas kerja sama nya.


  1. Allo anamnesa : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya.
Contoh percakapan alloanamnesa dengan keluarga pasien
Perawat : Selamat siang bu?
Keluarga : Siang sus.
perawat : Benar ini dengan wali dari mbak tini?
Keluarga : Benar sus, saya ibu dari pasien tini.
Perawat : Kalau boleh tahu siapa nama ibu?
Keluarga : Nama saya ibu Susi .
Perawat : Baiklah Ibu, untuk kelancaran pemeriksaan saya membutuhkan informasi tentang mbak Tini. Mohon kerjasamanya demi kelancaran pemeriksaan ya bu.
Keluarga : Baiklah Sus.
Perawat : Menurut penjelasan dari mbak tini, mbak tini mengalami sakit pada bagian perutnya?
Keluarga :Benar sus, anak saya mengeluh sakit pada perutnya semenjak kemarin sesudah pulang dari sekolah.
Perawat : Jadi sejak kemarin ya bu, sakit perut sepulang sekolah kira-kira anak ibu sakit perut karena apa?
Keluarga : Kemarin sempat saya tanya, katanya dia makan bakso dan es di kantin sekolah.
Perawat : Apa yang sudah ibu lakukan untuk mengatasi sakit perutnya? Apakah ibu memberinya obat ?
Keluarga : iya sus.
Perawat : Apakah mbak tini sebelumnya memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan sakit perut?
Keluarga : oh iya sus, dia itu sebenarnya punya maag.
Perawat : Begitu ya bu, sejak kapan mbak tini terkena maag?
Keluarga : Sejak masih kecil, kira-kira waktu kelas 4 SD.
Perawat : Dulu mbak tini pernah dirawat di rumah sakit tidak bu, gara- gara maag?
Keluarga : Tidak sus, hanya periksa ke dokter dan di beri obat.
Perawat : Baiklah ibu, saya rasa data yang saya perlukan sudah cukup, apabila ada data yang masih saya perlukan saya akan menghubungi ibu lagi. Terimakasih atas kerjasamanya bu.
Keluarga : baik sus.

  1. Hambatan wawancara :
  1. Internal :
  1. Pandangan atau pendapat yang berbeda
  2. Penampilan klien berbeda
  3. Klien dalam keadaan cemas, nyeri, atau kondisinya menurun
  4. Klien mengatakan bahwa ia tidak ingin mendengar tentang sesuatu hal
  5. Klien tidak senang dengan perawat, atau sebaliknya
  6. Perawat berpikir tentang sesuatu hal yang lain / tidak fokus ke pasien
  7. Perawat sedang merencanakan pertanyaan selanjutnya
  8. Perawat merasa terburu-buru
  9. Perawat terlalu gelisah atau terburu-buru dalam bertanya
  1. External :
  1. Suara lingkungan gaduh : TV, radio, pembicaraan di luar
  2. Kurangnya privacy
  3. Ruangan tidak memadai untuk dilakukannya wawancara
  4. Interupsi atau pertanyaan dari staf perawat yang lain.


  1. Observasi
  1. Pengertian Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Untuk mencapai tujuan pengamatan, diperlukan adanya pedoman pengamatan. Pengamatan sebagai alat pengumpul data ada kecenderungan terpengaruh oleh pengamat atau observer sehingga hasil pengamatan tidak objektif(Kusumah 2011:66-76).
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik dari pada teknik pengumpulan data yang lain (wawancara) yaitu tidak harus selaku berkomunikasi secara lisan terhadap objek yang diteliti. 
  1. Persiapan Observasi
  1. Isi pengamatan
Data apa yang akan diamati?
  1. Obyek pengamatan
Apa/siapa yang diamati ?
  1. Alat pengamatan
Pengamatan langsung atau menggunakan alat bantu ?
  1. Waktu pengamatan
Kapan pengamatan akan dilakukan ?
  1. Dokumentasi pengamatan
Pencatatan langsung atau menggunakan alat bantu?

  1. Macam-macam observasi
  1. Observasi Partisipatif
Observasi partisipatif adalah peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data. Artinya peneliti terlibat langsung dalam kegiatan mencari data yang diperlukan melalui pengamatan. Melalui observasi partisipatif, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku atau gejala yang muncul.
Klasifikasi observatif partisipatif dapat digolongkan menjadi empat yaitu :
  1. Partisipasi Pasif : Peneliti mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
  2. Partisipasi Moderat :Peneliti ikut observasi partisipatif pada beberapa beberapa kegiatan saja, tidak semua kegiatan.
  3. Partisipasi Aktif : Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, tapi belum sepenuhnya lengkap
  4. Partisipasi Lengkap : Peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber(Sanafiah Faisal:1990)

  1. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam observasi jenis ini peneliti menyatakan keterusterangannya kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar kepada narasumber untuk memperoleh data yang sifatnya rahasia. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

  1. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang diobservasikan. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

  1. Langkah-langkah Observasi Dalam hal melaksanakan penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolabiratif, maka secara umum pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam tiga fase kegiatan, yaitu pertemuan perencanaan; pelaksanaan observasi kelas; dan pembahasan balikan.

  1. Kriteria Prosedur Observasi Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan dalam memilih teknik observasi yang akan digunakan untuk sesuatu siklus tindakan perbaikan dalam rangka penelitian tindakan kelas. Adapun kriteria yang dimaksud adalah:
  1. Jenis data yang diperlukan dalam rangka penerapan suatu siklus tindakan perbaikan.
  2. Indikator-indikator yang relevan yang termanifestasikan dalam bentuk tingkah laku guru dan siswa.
  3. Prosedur perekaman yang paling sesuai.
  4. Pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi

  1. Manfaat Observasi Menurut Patton sebagaimana dikutip Nasution, manfaat observasi adalah sebagai berikut:
  1. Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konsteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh padangan yang holistik atau menyeluruh.
  2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan.
  3. Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain. Khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
  4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
  5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komperhensif.
  6. Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana atau situasi sosial yang diteliti.

  1. Kelemahan Observasi:
Selain memiliki manfaat atau kelebihan, observasi sendiri memiliki kelemahan, yaitu:
  1. Memerlukan banyak waktu.
  2. Tidak dapat digunakan untuk pengumpulan data masa lalu dan masa mendatang.
  3. Tidak dapat digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan sikap dan motivasi serta perilaku responden.

  1. Pemeriksaan Fisik
  1. Pengertian pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu tehnik pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan.
  1. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik
  1. Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan.
  2. Jagalah privasi pasien.
  3. Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis.
  4. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)
  5. Beri instruksi spesifik yang jelas.
  6. Berbicaralah yang komunikatif.
  7. Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan.
  8. Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien.

  1. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti :
  1. Inspeksi
  1. Definisi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
  1. Cara pemeriksaan
  1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
  2. Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
  3. Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.
  4. Catat hasilnya





  1. Palpasi
  1. Definisi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.
  1. Cara pemeriksaan
  1. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
  2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan
  3. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
  4. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
  5. Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan sebentar-sebentar.
  6. Palpasil daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan
  7. Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
  8. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
  9. Lakukan Palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.
  10. Lakukan Palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan dengan kedalaman 1 - 2,5 cm.
  11. Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ/jaringan tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan yang dibawah untuk mendeteksi karakteristik organ/ jaringan.
  12. Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan .
  13. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.

  1. Perkusi
  1. Definisi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan.
  1. Cara pemeriksaan
  1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
  2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
  3. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
  4. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
  5. Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
  1. Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
  2. Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
  1. Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh.
  2. Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/ mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri.
  3. Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek.
  4. Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
  5. Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.
  6. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
  1. Bunyi yang ditimbulkan saat pemeriksaan perkusi
  1. Bunyi timpani
Mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti drum (lambung).
  1. Bunyi resonan
Mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema (paru normal).
  1. Bunyi hipersonar
Mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan (empisema paru).
  1. Bunyi pekak
Mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).
  1. Bunyi kemps
Mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar (otot).
  1. Auskultasi
  1. Definisi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal.
Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.
  1. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
  1. Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
  2. Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
  3. Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara.
  4. Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
Untuk mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik stetoskop harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien.
Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu :
1) Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
2) Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
  1. Cara Pemeriksaan
  1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
  2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
  3. Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan telinga
  4. Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah, ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga
  5. Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa
  6. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
  7. Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
  8. Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.

  1. Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan:
  1. Head-to-toe (dari kepala s.d kaki)
Tahap-tahap pemeriksaan fisik harus dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:
  1. Kulit, rambut, kuku
Kulit, periksa turgor kulit dan kelembapan kulit, lihat adanya lesi, periksa tekstur kulit halus/ kasar.
Rambut: periksa adanya alopesia( kebotakan), adanya ketombe pada kulit kepala, warna rambut, jumlah rambut secara keseluruhan dan tingkat kerontokan pada saat disisir dengan tangan
Kuku: lihat warna pada kuku dan tingkat kecepatan kembalnya warna kuku setelah ditekan, adanya lesi dan bentuk kuku .
  1. Kepala: mata, hidung, telinga, dan mulut
Mata : yang di periksa bola mata, kelopak mata, konungtifa, sklera dan pupil
Hidung : lihat adanya koto, adanya tonsil pada hidung, amati adanya sekresi, darah, dan bengkak.
Telinga : lihat adanya kotoran yang terdapat pada telinga dan periksa pendengaran dengan garputala, arloji dan otoskop.
Mulut: amati kelainan kongenital bibirsumbing, warna bibir, ulkus, lesi dan massa. Pengamatan pada gigi dan lidah
  1. Leher : lihat bentuk leher, warna kulit, adanya pembengkakan, jaringanparut dan massa. Amati pergerakan kelenjar tiroid. Mengetahui keadaan lokasi kelenjar limfa, kelenjar tiroid dan trakea.
  2. Dada : kaji postur, bentuk dan kesimertisan, ekspansi keadaan kulit, lesi dan benjolan .
jantung : kaji ritme dan kecepatan jantung,
paru : kaji bunyi paru dengan menguanakan stetoskop.
  1. Abdomen: lihat kesimetrisan permukaan abdomen, adanya pembesaran pada abdomen, adanya lesi, dengarkan bising usus, periksa adanya nyeri tekan
  2. Genetalia:melihat rambut pubis dan pola pertumbuhannya. Amati kulit, ukuran adanya kelainan lain yang nampak, adanya pembengkakan
  3. Kekuatan otot /musculoskeletal: lihat ukutan otot, lihat ada dan tidaknya atrofi maupun hipertrofi, amati otot untuk mengetahui terjadi kontraksi abnormal dan tremor, lakukan palpasi untuk mengetahui tonus otot. Uji kekuatan otot dengan menyuruh mendorong tangan pemeriksa.
  4. Neurologi :
Pemeriksaan kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak, system motorik, sistem sensorik refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur).


G. JENIS DATA
  1. Data objektif
Data yang diperoleh melalui pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data objektif ini dapat diperoleh dari pasien, keluarga pasien anggota tim kesehatan yang lain, atau status pasien.
  1. Data subjektif
Data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien atau dari keluarga pasien/saksi misalnya, kepala pusing, nyeri, dan mual.



































BAB III
PENUTUP


  1. KESIMPULAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan antara lain :wawancara (interview), pengamatan (observasi) dan pemeriksaan fisik (pshysical assessment). dan studi dokumentasi
  1. SARAN
Pengumpulan informasi/ data memang susah perlua adanya kemampuan dalam wawancara dan pemeriksaan fisik tak lupa dukungan dari semua pihak baik klien maupun keluarga.


























DAFTAR PUSTAKA


Ali, Zaidin. 2001. Dasar- dasar Keperawatan Profesional. Jakarta. Widya Medika.
Tim Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1989. Perawatan 1. Jakarta. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Willms, jenice. 1996. Diagnose Fisik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Carpentino, Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Suara,Mahyar.2010. Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta.CV. Trans Info Media.
http:// Konsep Dasar Keperawatan Satu Dian Husada konsep pengkajian keperawatan.html.
https://ningrumwahyuni.wordpress.com/2010/02/16/status-pemeriksaan-neurologi/